Rektor ITPLN Dukung Recycle Limbah Plastik Jadi BBM

Posted by: Tim SDGs ITPLN
Category: SDG 03 - Good Health and Well-Being, SDG 07 - Affordable and Clean Energy, SDG 09 - Industry, Innovation and Infrastructure, SDG 11 - Sustainable Cities and Communities

Rektor Institut Teknologi PLN (ITPLN) Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa M.K. M.T., menjadi narasumber dalam program Berita Satu, yang membahas mengenai inovasi Sampah Plastik di rubah menjadi BBM yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat di Desa Talunombo, Wonosobo, Jawa Tengah.

Kepada Rektor ITPLN, presenter Berita Satu menanyakan tentang inovasi sampah plastik menjadi BBM untuk menghidupkan mesin diesel, bagaimana nanti BBM-nya bisa dijual secara komersial?

Rektor ITPLN Prof. Iwa menyambut baik inovasi yang dilakukan oleh sekelompok masyaerakat di Desa Talunombo tersebut. “Inovasi ini sangat baik, situasi dunia dengan beberapa fenomena yang kita saksikan membuat harga minyak dunia tidak menentu kedepan,” ungkap Prof. Iwa, Jum’at, (10/11/2023).

Menurut Prof. Iwa inovasi ini menjadi penting untuk kemandirian energi khususnya di BBM. “Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki sampah plastik terbanyak di dunia, jadi inovasi ini sangat bagus untuk mendaur ulang dan mengurangi sampah plastik di Indonesia,” tuturnya.

Dijelaskan oleh Prof. Iwa, Indonesia menjadi negara penghasil sampah terbesar kedua di dunia dengan volume sampah plastik mencapai 182 miliar per tahun, di satu sisi ini bisa menjadi masalah namun di lain sisi bisa menjadi peluang ketika dilakukan daur ulang. “Jika pemerintah mensupport, bisa membuat ekosistem recyle sampah dapat meluas dan BBM yang dihasilkan dari sampah dapat dijual secara komersil,” imbuhnya.

Rektor ITPLN Prof. Iwa menjadi narasumber dalam program Berita Satu. Dok. Tangkapan Layar

Rektor ITPLN Prof. Iwa menjadi narasumber dalam program Berita Satu. Dok. Tangkapan Layar

Lebih jauh, Prof. Iwa yang juga pengamat energi mengatakan bahwa inovasi-inovasi yang dilakukan oleh masyarakat harus didukung oleh pemerintah, volume sampah bisa dilakukan konversi dengan berbagai inovasi, sehingga dapat menjadi ekosistem yang membantu negeri.

“Saya kira saat ini kebutuhannya masih untuk solar (mesin diesel), dan saya yakin kedepan dengan berbagai teknologi bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya (mesin yang ramah lingkungan),” tutupnya. **)

Author: Tim SDGs ITPLN
id_IDIndonesian