Rektor Institut Teknologi PLN (ITPLN) Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa M.K, M.T., menjadi salah satu narasumber pada simposium “Pembangkit Listrik Tenaga Air: Tantangan dan Peluang di Indonesia” yang diselenggarakannya oleh Enviroment Institute bekerja sama dengan akademi Sekolah ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (UI), Ikatan Alumni Sekolah Ilmu Lingkungan UI, dan Jaringan ahli Perubahan Iklim Indonesia, yang diselenggarakan secara Hybird.
Dalam paparannya, Prof. Iwa menyampaikan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang memanfaatkan aliran air. “Betapa pentingnya sumber energi terbarukan yang menggunakan aliran air, karena dapat mengurangi polusi berlebih di Indonesia,” ungkap Prof. Iwa, yang mengikuti secara offline di Kampus UI Salemba Jakarta, Kamis, (23/11/2023).
Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki potensi dan sumber energi bersih yang sangat berlimpah, seperti panas bumi, tenaga surya, biomassa, hingga air. Di mana, percepatan peralihan energi fosil ke energi baru dan terbarukan, selain perlu mendapat dukungan yang besar, juga perlu mendapatkan pendanaan yang cukup besar.
Yang terpenting juga membutuhkan pertimbangan cermat termasuk kesesuaian dengan kondisi ekosistem yang juga menghadapai tekanan kerusakan lingkungan. Menurut Prof. Iwa, transisi energi menuju energi bersih memiliki banyak peluang yang sangat besar, namun disamping itu juga terdapat tantangan yang harus dihadapi bersama.
Prof. Iwa mengatakan dalam mengejar bauran energi bersih, Pemerintah juga harus terlibat dan berkomitmen dalam membangun PLTA untuk kebutuhan industri. “PLTA di Indonesia hanya berjumlah 3.600 Megawatt (MW) dari sekitar 4.5000 MW. Padahal potensi kita mencapai 60.000-an MW. Artinya masih banyak potensi PLTA yang belum dimanfaatkan,” ucap Prof. Iwa.
Dikatakan oleh Guru Besar IU tersebut, negara Indonesia sangat berpotensi untuk PLTA karena Indonesia juga disebut negara maritim yang memiliki banyak wilayah air. “Tantangan dari transisi energi adalah SDM (sumber daya manusia) yaitu sebesar 10,5%,” paparnya.
Lebih jauh prof. Iwa mengungkapkan bahwa PLTA dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berpotensi untuk pengembangan integrasi sebagai pembangkit listrik maupun penghasil hydrogen untuk keperluan industri dan transportasi. **)